PENGARANG : Anik Irawati, Ibi Darmajaya, Supriyadi
SUMBER JURNAL : http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/114-SIPE-73.pdf
ABSTRACT
Inconsistency of
the results of research related to ethical differences between female and male
is actually raises the nation that gender is not an independent variable but is
a moderator variable in research related to ethical orientation. This study
aims to examine the effect of gender as a moderating variable in relation
between ethical orientation and professional commitment; the effect of gender
as a moderating variable in relation between ethical orientation and
organizational commitment, and the effect of gender as a moderating variable in
relation between ethical orientation and ethical sensitivy. Keyword: ethical
sensitivity, profesional commitments, organizational and ethical sensitivity.
I.
PENDAHULUAN
Auditor
menghadapi dilema etika profesional yang unik, yaitu auditor harus bertanggungjawab
melayani klien dan publik secara bersamaan (Westra, 1986). Dilema etika profesi
auditor dikarenakan auditor dibayar oleh klien tetapi auditor harus mewakili
berbagai 2 kepentingan konstituen, termasuk pemegang saham, pemerintah, dan
masyarakat umum. Masalah etika dalam akuntansi biasanya muncul ketika Kantor
Akuntan Publik (KAP) harus menyeimbangkan
kepentingan masyarakat dan klien (Shaub et al.,1993). Profesional cenderung
lebih bersedia untuk membuat pengorbanan pribadi untuk klien mereka (Jaworski dan
Kholi, 1993), seperti yang diungkapkan oleh Grendron et al., (2003) bahwa KAP cenderung
menganggap auditee sebagai klien, padahal klien KAP yang sebenarnya adalah masyarakat
atau publik. Oleh karena itu akuntan seharusnya mempunyai komitmen untuk meletakkan
kepentingan publik sebagai prioritas mereka.
II LANDASAN
TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Orientasi
Etika
Orientasi etika
berhubungan dengan faktor eksternal seperti lingkungan budaya, lingkungan
industri, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi yang merupakan faktor internal
individu tersebut (Hunt dan Vitell, 1984 dalam Shaub et al., 1993). Alternatif
pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan
oleh fungsi yang berbeda akan menentukan orientasi etis (Higgins dan Kelleher,
2005). Tetapi, ada penentu lain orientasi etis yang akan menunjukkan adanya
perbedaan individu, antara lain standar perilaku individu, standar perilaku
dalam keluarga serta standar perilaku dalam komunitas (Tsalikis dan Fritzsche,
1989; Wiley, 1998).Menurut Forsyth (1981) dalam Shaub et al. (1993) konsep idealisme
dan relativisme menunjukkan dua skala yang terpisah dalam empat klasifikasi
(gambar 1 pada lampiran). Seorang pemeriksa yang relativistis cenderung untuk
menolak prinsip moral secara universal sebagai pedoman untuk bertindak. ( Shaub
et al., 1993) Sedangkan pemeriksa perempuan yang mempunyai relativisme rendah
dan idealisme tinggi dihipotesiskan mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap
komitmen profesional. Dua hipotesis berikut ini digunakan untuk mengevaluasi
pengaruh gender dalam memoderasi hubungan antara idealisme orientasi etika dan
relativisme orientasi etika dengan komitmen profesional.
H1 : Pengaruh
idealisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat komitmen profesional
akan lebih tinggi daripada pemeriksa laki-laki
H2 : Pengaruh
relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat komitmen
profesional akan lebih rendah daripada pemeriksa laki-laki.
2.2 Komitmen
Profesional dan Komitmen Organisasional
Komitmen
didefinisikan dalam literatur akuntansi (Aranya, Pollock, dan Amernic, 1981;
Aranya dan Ferris, 1984) menggunakan definisi tiga cabang. Ini terdiri dari:
1. Sebuah
kepercayaan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai organisasi dan/atau profesi,7
2. Kesediaan
untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi dan/atau profesi,
3. Keinginan
untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi
Bline et al.
(1991) menemukan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional mengindikasikan
dua konstruk yang berbeda. Komitmen profesional yang tinggi akan tercermin
dalam komitmen organisasional yang tinggi, sehingga dihipotesiskan sebagai
berikut:
H3 : Tingkat
komitmen profesional pemeriksa berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.
H4 : Pengaruh
idealisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat komitmen organisasional
akan lebih tinggi daripada pemeriksa laki-laki.
H5 : Pengaruh
relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat komitmen
organisasional akan lebih rendah daripada pemeriksa laki-laki.
2.3 Sensitivitas
Etika
Model Hunt -
Vitell (1986) dalam Shaub et al. (1993), menjelaskan kemampuan seseorang untuk
memahami masalah etis yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan
industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Hunt dan Vitell (1986)
mengembangkan sebuah pendekatan sistematis untuk mempelajari etika pemasaran
dengan menggambarkan proses pengambilan keputusan etis pada profesional
pemasaran. Aranya dan Feris (1984); Lanchman dan Aranya (1986) menemukan bahwa
tidak terdapat konflik antara tujuan organisasi dan tujuan profesional, hal ini
menunjukkan adanya kesesuaian dimana terdapat kesesuaian antara tujuan KAP dan
profesi akuntan. Tingkat 9komitmen organisasi yang tinggi diharapkan akan
meningkatkan sensitivitas etika pemeriksa, sehingga dihipotesiskan sebagai
berikut:
H6 : Tingkat
komitmen organisasional pemeriksa berpengaruh positif terhadap tingkat sensitivitas
etikanya
Seorang
pemeriksa yang mempunyai tingkat relativisme rendah dan idealisme tinggi akan
cenderung taat terhadap standar moral dan akan menunjukkan tingkat sensitivitas
etika yang tinggi. Relativisme rendah akan mendorong seorang pemeriksa untuk
menjadi lebih sensitif terhadap situasi yang melanggar peraturan. (Shaub et
al.,1993) Idealisme orientasi etika pemeriksa perempuan lebih tinggi daripada
pemeriksa laki-laki sehingga dihipotesiskan sebagai berikut:
H7 : Pengaruh
idealisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat sensitivitas etikanya
akan lebih tinggi daripada pemeriksa laki-laki.
H8 : Pengaruh
relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap tingkat ensitivitas
etikanya akan lebih rendah daripada pemeriksa laki-laki.
Dari uraian di
atas maka model penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian telihat
seperti dalam gambar 2 (pada lampiran).
III. Metode
Pengumpulan Data
3.1 Sampel dan
Pengumpulan Data
Penelitian ini
menggunakan metode survey dalam pengumpulan datanya dengan memodifikasi
kuesioner yang digunakan oleh Shaub et al., (1993), modifikasi dilakukan pada instrumen
sensitivitas etika agar sesuai dengan karakteristik responden di Indonesia.
Data penelitian diperoleh dengan mendistribusikan kuesioner kepada responden
secara langsung dan melalui mail survey. Responden yang di survey adalah
pemeriksa BPK di Indonesia dengan kriteria pemeriksa dan sudah pernah
melaksanakan tugas pemeriksaan dan memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi. Survey secara langsung dilakukan di BPK Perwakilan 10Daerah Istimewa
Yogyakarta dan BPK Perwakilan Jawa Tengah, sedangkan survey secara mail survey
dilakukan dengan mengirimkan email ke anggota group milis BPK. Jumlah kuesioner
yang disebarkan ke responden sebanyak 150, baik dengan cara mendatangi kantor
perwakilan BPK ataupun pengiriman melalui email. Kuesioner yang disebarkan
secara langsung dengan cara mendatangi kantor perwakilan BPK yaitu kuesioner untuk
pemeriksa BPK Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta dan BPK Perwakilan Jawa Tengah,
sedangkan untuk responden dari kantor perwakilan lainnya di Indonesia
disebarkan melalui email yang dikirim melalui milis group BPK. Dari 150
kuesioner yang disebarkan, 138 (92%) diantaranya telah diisi oleh responden dan
dikembalikan kepada peneliti, sedangkan sisanya sebanyak 12 kuesioner (7%)
tidak dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner yang pengisiannya tidak lengkap
ataupun latar belakang pendidikan responden non akuntansi sebanyak 24 (16%)
sehingga kuesioner yang memenuhi syarat untuk dianalisis sebanyak 114 (76%).
Pemeriksa BPK yang menjadi responden mayoritas adalah perempuan yaitu sebanyak
64 responden (46.38%) dan pemeriksa BPK yang menjadi responden mayoritas adalah
pemeriksa dengan latar belakang pendidikan akuntansi yaitu sebanyak 114 responden
(82.61%).
3.2 Definisi
Konseptual dan Definisi Operasional
Idealisme
Idealisme dalam
penelitian ini adalah suatu hal yang dipercaya individu tentang konsekuensi
yang dimiliki dan diinginkan tidak melanggar nilai-nilai etika. (Forsyth,1980).Idealisme
diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth (1981). Pengukuran
variabel menggunakan skala Likert 1 sampai 7.
Relativisme
Relativisme yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai etika
dalam mengarahkan perilaku etis. Selain mempunyai sifat idealisme, dalam 11diri
seseorang juga terdapat sisi relativisme. (Forsyth, 1980) Relativisme diukur
dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth (1981). Pengukuran
variabel menggunakan skala Likert 1 sampai 7.
Komitmen
Profesional Pemeriksa
Komitmen
profesional merupakan tingkat loyalitas individu pada profesinya (Larkin, 1990).
Komitmen profesional dalam penelitian ini dikembangkan oleh Dwyer et al.,
(2000). Penilaian ini menggunakan lima pertanyaan yang berkaitan dengan
komitmen profesional.
Pengukuran
variabel menggunakan skala Likert 1 sampai 7.
Komitmen
Organisasional
Komitmen
organisasional dan profesional menggambarkan intensitas dari identifikasi individual,
tingkat keterlibatan dalam organisasional atau profesi (Mowday et al.,1982). Komitmen
organisasional diukur dengan menggunakan empat indikator yang dikembangkan oleh
Mowday et al. (1982) yaitu keinginan kuat tetap sebagai anggota, keinginan
berusaha keras, penerimaan nilai organisasional dan penerimaan tujuan
organisasional. Penilaian ini menggunakan empat pertanyaan yang berkaitan
dengan komitmen organisasional. Pengukuran variabel menggunakan skala Likert 1
sampai 7.
Sensitivitas
Etika
Sensitivitas
etika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menyadari
adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan (Shaub et al., 1993).
Sensitivitas etika diukur dengan memodifikasi skenario sensitivitas etika Shaub
et al. (1993) yaitu: kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan
subordinasi judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip
akuntansi. Pengukuran variabel menggunakan skala
Likert 1 sampai
7.12
Gender sebagai
Variabel Pemoderasi
Gender diukur
sebagai jenis kelamin responden dengan diberi kode 1 untuk responden perempuan
dan 2 untuk responden laki-laki
IV. HASIL
4.1 Pengujian
outer model
Validitas
Konvergen (convergen validity)Hasil uji validitas konvergen disajikan pada
tabel 1 (pada lmpiran). Hasil pengujian convergent validity menunjukkan tidak
satupun item pada masing-masing variabel yang mempunyai skor AVE kurang dari
0.5. Berdasarkan hasil nilai loading avearge variance extrated (AVE) dapat
disimpulkan bahwa validitas konvergen terpenuhi.Validitas Diskriminan
(Discriminant Validity)Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika
akar kuadrat avearge variance extrated (AVE) untuk setiap konstruk lebih besar
daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya dalam model pada output
PLS dalam tabel 1 dan membandingkan dengan nilai latent variable correlations
pada tabel 2 (pada lampiran).Dari hasil perbandingan antara akar kuadrat
avearge variance extrated (AVE)dengan latent variable correlations menunjukkan
bahwa terdapat empat variabel yang tidak memiliki discriminant validity yang
tinggi yaitu interaksi gender dan variabel idealisme 13terhadap komitmen
profesional, interaksi gender dan variabel idealisme terhadap sensitivitas etika;
serta pengaruh interaksi antara relativisme dan gender dengan sensitivitas
etika. Hal ini berarti bahwa setiap variabel laten belum memiliki discriminant
validity yang baik dimana beberapa variabel laten masih memiliki pengukur yang
berkorelasi tinggi dengan konstruk lainnya
Reliabilitas
Penelitian ini
menggunakan composite reliability sebagai metode uji realibilitas karena lebih
baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk (Hartono, 2011). Berdasarkan
nilai composite realibility pada tabel 3 (lampiran) menunjukkan konsistensi dan
stabilitas instrumen yang digunakan sangat tinggi. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen terpenuhi.
4.2 Pengujian
Model Struktural (inner model)
Pengujian inner
model atau model struktural dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
konstruk, seperti yang telah dihipotesiskan dalam penelitian ini. Dari hasil
pengolahan data dengan PLS, diperoleh hasil seperti yang terlihat dalam gambar
3 (lampiran):Hasil estimasi t-statistik dapat dilihat pada Total Effect yang
disajikan pada tabel 4(pada lampiran).
4.3 Pembahasan
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian
mengindikasikan bahwa interaksi antara gender dengan idealismeorientasi etika
seorang pemeriksa tidak mempengaruhi tingkat komitmen profesionalnya. Pengaruh
idealisme orientasi pemeriksa perempuan tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh
idealisme orientasi etika pemeriksa laki-laki. Pemeriksa perempuan yang
idealistisakan selalu berusaha untuk menghindari kesalahan, sehingga pemeriksa
perempuan dengan idealisme tinggi akan lebih menerima dan percaya akan tujuan
dan nilai profesi pemeriksa dan 14selalu berusaha mematuhi standar profesi
pemeriksa. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini
tidak terdukung.Pengaruh relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan
terhadap tingkat komitmen profesionalnya tidak lebih rendah dibandingkan dengan
pemeriksa laki-laki. Hal ini disebabkan karena komitmen profesional telah
dikembangkan selama proses sosialisasi yang menyertai tahun-tahun awal masuk ke
suatu profesi, pembelajaran yang berlangsung diperguruan tinggi dan selama
tahun-tahun awal karir (Aranya et al., 1982). Sehingga baik idealisme ataupun
relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan dan laki-laki akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap komitmen profesional mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini tidak terdukung.Hasil pengujian
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara pemeriksa yang berkomitmen pada
profesinya dengan komitmen organisasional.Interaksi antara gender dengan
idealisme orientasi etika seorang pemeriksa (responden) mempengaruhi tingkat
sensitivitas etikanya. Pengaruh idealisme orientasi etika pemeriksa perempuan
terhadap sensitivitas etikanya lebih tinggi dibandingkan dengan pemeriksa
laki-laki. Tetapi, pengaruh relativisme orientasi etika pemeriksa perempuan terhadap
tingkat sensitivitas etika tidak lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksa perempuan lebih mampu mengenal/mengakui
masalahmasalah etika dalam konteks profesional. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini terdukung dan hipotesis kedelapan dalam
penelitian ini tidak terdukung. 16Temuan ini sesuai dengan temuan You et al.
(2011) yang menemukan bahwa perempuan mempunyai sensitivitas etika yang lebih
tinggi daripada laki-laki.
V. KESIMPULAN,
IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini
berhasil menguji bahwa gender merupakan pemoderasi dalam hubungan antara
idealisme orientasi etika terhadap komitmen organisasional dan sensitivitas
etika, tetapi penelitian ini tidak berhasil menguji bahwa gender merupakan
pemoderasi dalam hubungan antara idealisme orientasi etika terhadap komitmen
profesional. Penelitian ini tidak berhasil menguji bahwa gender merupakan
pemoderasi dalam hubungan antara relativisme orientasi etika terhadap komitmen
profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Penelitian ini
dalam beberapa pengujian bertentangan dengan penelitian sebelumnya tentang
sensitivitas etika, yaitu penelitian Shaub et.al. (1993) dan Aziza dan Salim
(2007).
SARAN
menggunakan
jumlah populasi atau sampel yang lebih besar dengan kriteria dan kapasitas yang
lebih luas lagi dan mencakup semua elemen sehingga hasil yang diperoleh dapat
lebih mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan representatif. Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan model penelitian eksperimen, sehingga
peneliti dapat mengontrol beberapa kelemahan yang kemungkinan ada dalam model
pengumpulan data melalui kuesioner. Selain itu penelitian selanjutnya juga dapat
dilakukan dengan melakukan pengembangan hasil penelitian ini yaitu dengan meneliti
apakah perbedaan gender pemeriksa dalam memahami masalah etika memberikan
kontribusi dalam peningkatan kualitas pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan masalah etika.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, G. and
R. C. Ellyson. 1986. “Restructuring Profesional Standards: The Anderson
Report”, Journal
of Accountancy, September, pp. 92-104.
Agoglia, C.P.,
Beaudoin.C. and Tsakumis G.T. 2009. “The Effect of documentation Structure
and
Task-Specific Experience on Auditors‟ Ability to Identify Control Weaknesses”,
Behavioral
Research In Accounting, Vol.21, No. I, pp. 1-7.
Akaah, I. 1989.
"Differences in Research Ethics Judgements Between Male and Female
Marketing
Profesionals" Journal of Business Ethics (Netherlands), Vol. 8, pp. 375-
381.18
Almon, D., Page
D and Roberts R. 2000. “Determinants of Perceptions of Cheating: Ethical
Orientation,
Personality and Demographics” Journal of Business Ethics,Vol.23, pp.
411-422.
Aranya, N. and
K.R. Ferris. 1984. "A Reexamination of Accountants'
OrganizationalProfesional Conflict" The Accounting Review, Vol. 59, pp.
1-15.
Aranya, N., R.
Lachman, and Amernic, J. 1982. "A Path Analysis of Accountants' Job
Satisfaction and
Migration Tendencies" Accounting. Organizations, and Society,
Vol. 7, pp.
201-211.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar